Welcome

Welcome to the world Blog:D
Untuk lebih mengenal pemiliknya silahkan follow ya !!!!

Sekian..
Terimakasih..

:)

Selasa, 06 November 2012

"memori in night"

Jendela kamarku dihempas angin

dingin datang menampar,

terjaga,tak kunjung kembali tidur

gelisah,

mataku genit menatap langit langit

duduk,

ku intip pepohonan yang menari-nari

jalanan basah,

purnama angkuh,

ini sunyi kembali mengukir senyummu

lembar lembar lusuh kembali utuh

ah ..


"menghapus gambarmu dari ingatan pun sia-sia belaka sebab setiap ruas jalan dan jengkal ruang kota ini telanjur menyimpan jejakmu"


 (sepertinya malam ini saya merindukan seseorang)


Rabu, 31 Oktober 2012

Temu,Tamu

waktu,

untuk apa kau pertemukan

rindunya,dan kebencianku yang berapi-api

padahal kemarin aku begitu bahagia dengan sepiku

tapi hari ini ..

kau gali kembali kisah yang berbulan-bulan ku bunuh

ia seperti bangkit dari kematianya

mengejarku ..



( sunyi )

Hujan sore tadi tak mengijinkan aku menikmati malam

hanya ada angin yang menampar,

dingin yang memeluk,dan harmoni kecil tokek2 dinding

Malam seperti apa ini ?

Bahkan purnama sumbing pun tak kelihatan

Ah ..

Sunyi ..



Sabtu, 27 Oktober 2012

Sedikit cerita tentang Aku & Mereka ....

"love u guys "


Ini jalanku,jalan yang tidak pernah dilalui orang lain selain aku  Aku tak pernah menyangka akan berkuasa atas jalan ini,aku juga tak pernah mengira akan menghabiskan 6 dari 1 mingguku disini,dengan mereka yang tergabung sebagai teman-teman kampusku.Jika dihitung kembali,tak kurang 14 bulan sudah aku  menjadi bagian dari mereka,terhitung dari agustus tahun lalu (2011).

Berbagai perasaan sudah kujamah dengan mereka,terkadang aku merasa begitu hangat,terkadang aku merasa begitu kesal,dan kadang aku juga merasa amat senang berada diantaranya,ah campur aduk rasanya.

Pernah sekali aku ingin menjauh,dan tidak menjadi bagian dari mereka,tapi  sisi lain diri ku mengatakan “get the better one” toh mereka cukup baik terhadapku.Walaupun ada seseorang diantaranya yang keberadaanya semakin hari semakin memuakkan untukku.Ada rasa benci,tapi hati kecilku tak jemu2 mengingatkan lupakan,cintai,sayangi ^_^




I HAVE NOTHING

Berulang-ulang saya muter lagu"i have nothing" nx Writney Houston ini Tp versi jessica jebolan america idol !!! huaa,perasaan saya ngenaa ama ni lagu


Share my life,

Take me for what I am.

'Cause I'll never change

All my colors for you.


Take my love,

I'll never ask for too much,

Just all that you are

And everything that you do.


I don't really need to look

Very much further/farther,

I don't wanna have to go

Where you don't follow.

I will hold it back again,

This passion inside.

Can't run from myself,

There's nowhere to hide.

(Your love I'll remember forever.)


Chorus:

Don't make me close one more door,

I don't wanna hurt anymore.

Stay in my arms if you dare,

Or must I imagine you there.

Don't walk away from me.

(No, don't walk awya from me. Don't you dare walk away from me.)

I have nothing, nothing, nothing

If I don't have you, you (you, you, you./If I don't have you, oh, oo.)


You see through,

Right to the heart of me.

You break down my walls

With the strength of your love.


I never knew

Love like I've known it with you.

Will a memory survive,

One I can hold on to?


I don't really need to look

Very much further/farther,

I don't wanna have to go

Where you don't follow.

I will hold it back again,

This passion inside.

Can't run from myself,

There's nowhere to hide.

(Your love I'll remember forever.)




Selasa, 23 Oktober 2012

Luka


saat ini kau memang mengoyak luka
yang beberapa jam lalu sembuh
kau menikamnya di bagian yang sama
sakitnya pun tak kalah pedih
tapi aku ta'akan marah
karna sudah hadirku dicintai oleh luka
dan sudah takdirku juga,bercinta dengan luka



Suara cinta Sumbang


aku mengamatimu, memetik dawai-dawai waktu

sajak sajak tulusmu berdansa dengan jiwaku

lantunan nada-nadanya menggelitik kisahku

bersamanya aku menari,

melayang,

terbang


tapi tiba2 suara2 cintamu sumbang


Sabtu, 20 Oktober 2012

Hanya ...

hanya dari sini,
aku tidak mampu mendekat lagi,
selangkahpun aku tidak berani menujumu.
aku hanya ingin memastikan kau bahagia ..
TANPAKU !!!



(disini..aku masih mendoakan yg terbaik untukmu.. TETAP SEMANGAT YAAA :)

Senin, 15 Oktober 2012

"RAGU"





Kembali,,
Heningku terusik oleh tanya
Tentang penantianku yang berjalan tanpa jeda
Apa akan ada lagi ultimatum  tentang luka ??
Jika iya,mungkin aku lupa hitungannya

Sabtu, 13 Oktober 2012

"potret negeriku"

mereka hanya tahu "jalanan"
berlarian pada setiap lampu merah
membual syai'r tanpa nada-nada yang jelas
mengais receh dari tangan - tangan,dibalik kaca mobil - mobil mewah

inilah negeriku ...
negeri yang mereka bilang kaya
kaya akan kesenjangan !!!


(tulisan ini terinspirasi gara2 ngeliat anak2 jalanan di lampu merah imam bonjol Padang)




Jumat, 12 Oktober 2012

Bercerita tentang iLa ....



Ah..

akhirnya terbesit juga keinginan untuk mengetik mengenai teman yg satu ini !!! Namanya Yunita Fadhila,tapi aku lebih suka memanggilnya ila :) Bagaimana ?? cantik bukan ?? ya pastinya cantikk donk... hehehe masalahnya hanya ini satu-satunya foto yang menunjukkan bahwa teman saya ini seorang wanita !!! terlepas dari penampilan tomboy nya.

Hahahah....

perlu diketahui ila ini satu kampus dengan saya ,tapi beda jurusan....Nah anak ini jurusanya Ilmu sejarah :D terkait dengan manusia purba Pithecantropus erectus,homo sapiens,dan masih banyak lagi !!!! (mungkin setelah tamat kuliah temen saya ini bisa jadi bagian dari manusia purba tsb) hehehehe **upss maaf ilaaa hahahah :* muaaachhh

ila ini lebih tinggi sedikit dari saya,n mempunyai suara yang begituuuuuuu indah (sedikit lebay) oh bukan !!!

suara cemprengnya mengalahkan kecemprengan suara saya !! Mungkin sinyal kecemprengan kami apabila disatukan akan membuat bumi terbagi seperti belahan pizza (hmm....nyummmmiii :) 

next ...

Ila ini juga selalu setia nemenin saya ketawa2 ga jelass di atas pohon :D wahhhh sesuatu ya !!!

Yah kami adalah sepasang Kuntilanak yang lagi terkena sindrom Galau (galau ?? apaan tu?? ) ^_^" wkwkwkw (ah apa-apaan ini) !!!

hahahahaha,saya bingung mw lanjutin ngetik apa,karena malam ini saya sedikit gaje pembaca **

dan ralat **

kami bukan kuntilanak pembaca !!! (ckckckckc)


Mencari Akhir .....

Kisah ini tertuang sebagai persembahan untuk sahabatku :)





***

Aku masih menunggu akhir,dimana akan ada penghibur dalam duka,tawa kecil pada setiap hal bodoh,pelukan pada setiap kerapuhan,kecupan pada setiap tetas air mata yang berjatuhan.Tapi sayang....aku belum bertemu akhir.Aku sudah melanglang buana dari purnama ke purnama.Tapi akhir hanya menghampiri pada setiap mimpi-mimpi kecil,yang terputus pada kata "bangun".

"Jadi kapan aku akan bertemu akhir ??" pertanyaan itu selalu menjadi kewajiban pada setiap jeda hariku !!! Lelah ... namun jiwa tak mengizinkan aku berhenti mencari akhir.

Purnama kesembilan..
mempertemukan aku dengan sosok yang aku kira akhir,,,,dan lagi-lagi aku harus berlari pergi karena ternyata dia bukanlah akhir.Akhir tak mungkin melepas genggamanya ketika berjalan bersamaku,akhir tak mungkin membiarkan air mataku mengalir karenanya...


sekarang aku harus kembali mencari ...
siapa sosok akhir ....
 


Kamis, 11 Oktober 2012

Perkenalkan ....


lihat kan gambar di atas ?? Jika kalian bertemu dengan orang dengan ciri seperti ini,harap berhati hati dan segera hubungi R.S jiwa terdekat !!! wahahaha ..

uppsss ** 

Hehehe !! sedikit gaje teman-teman !! itu sahabat saya,hmm bisa dibilang sahabat baru entah kenapa saya bisa sebut dia sahabat


Next ...

Namanya Jefry Pramana Putra,saya mengenalnya karna TAKDIR !!! yah,karena takdir kami bertemu dan tergabung dalam sebuah kelompok mahasiswa SASTRA MINANGKABAU 2011 Universitas Andalas.

Jefry ini sedikit gaje pemirsah,hmm dan lagi sedikit over  dalam hal berat badan Hahahaha ... (sama seperti saya) wkwkwkw....



Namanya Roza Saidi Naali ^_^" kedekatan kami belum begitu lama kira-kira 4 bulan belakangan ini.Walaupun begitu kami sudah cukup akrab,sangat akrab sangat sangat dan sangaaaaaaaaat akrab (maaf **sedikit aliran alayisme :) 

hahahah..

Roza ini tipekal temen yang cukup sehati dengan saya,dalam hal A-Z !!! ah tidak ... tidak ... Hanya dalam beberapa hal  pemirsah.Perlu diketahui mulai banyak kesamaan diantara kami,wahahaha :D :D


Nah..

kalo yang ini sahabat saya dari kecil,namanya MEUTHIA FARISTIN ^_^ terlalu banyak hal konyol yang sudah sudah dan sudah kami lewati selama 12 th belakangan ini -___- menggalau bersama,menangis bersama,tertawa bersama dan yang paling penting Gosiipiin mereka-mereka yang membuat ketidak senangan di hidup kami.Hahaha... tp syukurlah para benalu benalu yang mengganggu hidup kami sudah ENYAHHHHHHHHHHH ........... :D :D



Minggu, 07 Oktober 2012

Missing You

I want you to come again
this time, not as a friend
but come, as my beloved
now i know
whom I miss
and that you

Jumat, 14 September 2012

PUTIH

jika kini gelap,
biarkan aku tetap melihat putih
jika masih gelap,
biarkan aku tetap terlelap
yang penting !!!
jangan biarkan aku melihat gelap
biarkan aku tetap bersama putih

Jumat, 31 Agustus 2012

lelaki __ hujan __ malam

sudah malam,hujan juga enggan untuk berhenti,mengapa kau masih disitu? apa tidak jemu menunggu? dia tidak akan datang,untuk apa kau membiarkan dingin mendekapmu itu hanya akan membuatmu sakit,sudahlah pulang saja.Aku diam,aku sama sekali tidak peduli lelaki itu berkata apa.Aku tidak mengenalnya,untuk apa aku dengarkan kata-katanya.Lagi,lelaki itu kembali bicara,ayolah,pulang saja,aku tidak tega membiarkan seorang wanita disetubuhi malam dan hujan.Berulang-ulang lelaki itu membujukku untuk pulang,benar saja,lelaki itu lelah,dia pergi meninggalkanku menanti waktu,sendiri

Senin, 30 Juli 2012

NENEK


***
Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi rumah nenek,padahal aku seringkali datang ke kota itu,untuk sekedar bermain main atau berkunjung pada hajatan teman.Namun tak sekalipun aku mampir,untuk mengunjungi nenek.Dan hari ini,entah apa yang membawaku datang kesini,kini aku berada tepat pada halaman rumah panggung ini,sebagian dari kenangan masa kecilku mendadak terlintas bagai sebuah episode episode film.
Seseorang menegurku,”amoy”?? aku mencoba menerka-nerka siapa yang tengah berada di depanku itu,seorang wanita paruh baya,seumuran dengan mama mungkin.Wanita itu tersenyum padaku “kau sudah besar sekarang,sudah begitu lama rasanya etek (tante) tidak bertemu” Aku hanya tersenyum menanggapi ucappanya.Amak... (mama) “seorang gadis seusiaku terlihat memanggil wanita itu,etek itupun berlalu dan berjanji nanti dia akan mengunjungiku lagi.
Ku langkahkan kakiku,menaiki anak tangga,rumah ini masih kokoh,tak sedikitpun kulihat ada yang rusak.Aku ambil sebuah kunci dari dalam tas ku,kunci itu aku dapat dari anduang (adik nenek) yang tinggal di kota yang sama denganku,memang semenjak kepergian nenek,anduanglah yang sering datang kesini untuk sekedar melihat atau bebenah di rumah ini.Gembok sudah terbuka,rasa haru,rindu,berbaur saat itu.Ku masuki rumah nenek dengan rasa yang entah,sangat sulit untuk aku jabarkan.
***
Semuanya masih sama ,kursi tamu kayu yang sudah dimakan waktu namun kenanganya tak mampu di beli dengan apapun.Aku ingat,di kursi inilah aku sering tertidur menikmati dongengan nenek.Aku buka semua jendela,angin membelaiku,seolah mereka mengucapkan selamat datang kembali kepadaku.Ku telusuri semua ruangan,ada 3 kamar tidur di rumah ini,sebuah ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga,dapur,dan sebuah pincuran (kamar mandi) yang letaknya terpisah dari rumah induk.Aku benar benar menikmati suasana rumah ini,seolah aku kembali mengulang sejarah,dmana aku  menghabiskan sebagian dari masa kecilku,
Setengah jam sudah berlalu,aku melangkah menuju kamar nenek,aku ingin tidur disana.Aku rapikan semua barang bawaanku,aku taruh semuanya pada meja di pojokkan kamar.Kamar nenek begitu bersih,tak terlihat seperti di tinggal bertahun tahun,pastinya ini berkat anduang yang sering datang berbenah.Lelah mengampiriku juga akhirnya,setelah menutup pintu depan aku tepar pada tempat tidur nenek,baru saja aku menutup mata suara ketukan dan salam membangunkanku.
Aku beranjak keluar membukakan pintu,ternyata etek yang tadi menegurku.”Amoy,sudah makan ?”tanyanya,belum sempat etek,mungkin setelah magrib nanti aku akan makan ke ampera (Rumah Makan) yang disimpang depan.Tidak perlu jawab etek itu,disini masih ada etek,ini sudah etek buatkan makanan buatmu,”ucap etek itu sambil menyerahkan sebuah rantang 3 tingkat kepadaku”.Terimakasih banyak,maaf merepotkan etek.Setelah berbincang cukup lama,etek yang ku ketahui bernama Yusmar itu pamit.Ternyata ia adalah anak angkat nenekku,neneklah yang membesarkanya,setelah kedua orang tuanya tewas pada galodo 40 tahun yang lalu.
***
Seusai mandi pada pincuran belakang rumah,aku duduk pada ruang tamu,menikmati sore dengan makanan yang diantarkan etek yusmar tadi.Seusai magrib aku menghubungi mama,pasti beliau sudah khawatir,padahal aku berjanji akan menelponya ketika sampai.Sinyal disini begitu buruk,aku hanya punya waktu 5 menit menelpon mama.
Aku tutup malam ini dengan mengaji,mendoakan almarhumah nenek.Terlintas olehku senyum nenek,aku bayangkan betapa bahagianya beliau jika dapat melihatku datang,bendungan mataku akhirnya rubuh,aku tak kuasa menahan segalanya,rasa bersalahku,rinduku kepada nenek,15 tahun sudah,aku tak pernah lagi bertemu,mengunjungi beliau,yah sejak rasa kecewaku pada bundo (anak perempuan nenek) semua karena dia,dialah yang menyebabkan langkahku dan mama terhalang untuk mengunjungi nenek.

Seusai merapikan mukenah,aku berbaring untuk tidur,tak berapa lama tercium olehku bau garu (kemenyan),mungkin nenek sedang mengunjungiku,pikirku.Tak sedikitpun ada rasa takut di diriku,aku hanya mampu menangis,dan menangis hingga akhirnya aku terlelap.Adzan subuh membangunkanku,aku turun ke pincuran,mandi dan melaksanakan shalat,pukul 07.00 WIB aku berangkat menuju pasar untuk mencari bunga,hari ini aku berniat nyekar di kuburan nenek.Aku sempatkan membeli kue kembang telur (semacam kue kukus) dulu ketika aku kecil nenek sering membelikanya untukku.
***
Kini aku berdiri disini,pada sebuah pemakaman kaum dilereng bukit,sebuah mejan bertuliskan nama nenekku NURHAYATI,aku tak kuasa membendung kesedihanku,air mataku terus mengalir,membuat peziarah yang lain memandang penuh tanya kepadaku,kurang lebih 1 jam aku disini,bercerita dalam diam,seolah nenek sedang duduk di depanku,mendengar ceritaku.Andai aku dapat bertemu dengan beliau sebelum beliau beristirahat tenang disini,ah...andai

Menjelang dzuhur aku kembali ke rumah nenek,setelah membersihkan diri aku duduk pada tepi ranjang,penyesalan demi penyesalan datang menertawakanku.Tak terasa sudah 3 malam aku disini,seperti biasa selesai  shalat dan mengaji aku kembali ke kamar untuk tidur,mataku tertuju pada sebuah botol kemiri pada meja kecil disamping tempat tidur.Sudah 3 malam disini,aku sama sekali tidak memperhatikan bahwa ada botol kemiri di kamar nenek.Hatiku menuntun tanganku untuk membongkar isi laci meja,air mataku jatuh berderai ketika melihat sebuah pigura kayu,terlihat jelas pada pigura itu terpampang fotoku,dan foto mama.Ya tuhan,berbagai perasaan bergejolak dihatiku,bagaimana aku akan menterjemahkanya?? Aku sendiri bingung,aku menangis tanpa henti,penuh haru,penyesalan,rindu.Aku menyadari semuanya,bagaimana kerinduan nenek kepadaku,bagaimana lelahnya ia menunggu kedatanganku disini ...





***
Untuk mengenang hari,tawa dan mimpi masa lalu


Kamis, 31 Mei 2012

lukisan yang tak jadi

kanvas itu masih bening
aku menatap ke arahmu
kau seolah setuju jika menorehkan coretan diatasnya

kau tahu..
aku begitu bahagia ketika kau mngisyaratkan kata iya

aku berfikir sejenak untuk memberikan coretan apa
aku kembali menatap ke arahmu
kau masih duduk pada pojok ruangan ini
ah..
terfikir olehku untuk melukis dirimu...
sesekali aku menatap pada coretan kanvasku ...

dan sesekali pula aku beralih menatapmu ...
begitu lah aku mengulangnya ...
namun ketika aku menatap kembali ...
kau hilang ...
kau kemana ....
aku memanggil manggil ...
aku berlari mengitari ruangan ...
aku mencari ...
mencari ...
dan mencari ...
aku lelah ....
aku ingat kanvasku...
aku kembali berdiri di hadapnya...
pada sendu,lirih " lukisan ini takkan jadi"





Selasa, 29 Mei 2012

Pengembaraan.ku


Pada pengembaraanku

aku...

Menatapmu lewat langit


Menyapamu lewat angin

Menyentuhmu lewat hujan

Namun samar  

Pada pengembaraanku 

Aku mencari,masih mencari



from padang with love 
"29 mei 2012 "


Selasa, 08 Mei 2012

"CLARA"

 oleh Seno Gumira Ajidarma



Barangkali aku seorang anjing. Barangkali aku seorang babi*) – tapi aku memakai seragam. Kau tidak akan pernah tahu siapa diriku sebenarnya.
Di hadapanku duduk wanita itu. Rambutnya dicat merah. Coklat sebetulnya. Tapi orang-orang menyebutnya merah. Padahal merah punya arti lain bagiku. Sudah bertahun-tahun aku dicekoki pikiran bahwa orang-orang merah adalah orang-orang yang berbahaya.
Jadi, aku tidak perlu percaya kepada wanita ini, yang rambutnya sengaja dicat merah. Barangkali isi kepalanya juga merah. Barangkali hatinya juga merah. Siapa tahu? Aku tidak perlu percaya kepada kata- kata wanita ini, meski ceritanya sendiri dengan jujur kuakui lumayan mengharukan.
Dia bercerita dengan bahasa yang tidak mungkin dimengerti. Bukan karena bahasa Indonesianya kurang bagus, karena bahasa itu sangat dikuasainya, tapi karena apa yang dialami dan dirasakannya seolah- olah tidak terkalimatkan. Wajahnya yang cantik sarat dengan luka batin yang tak terbayangkan. Aku hampir-hampir terharu bahkan sebelum dia bercerita. Tidak pernah bisa kubayangkan bahwa manusia bisa mengalami beban penderitaan seberat itu justru karena dia lahir sebagai manusia. Ceritanya terpatah-patah. Kalimatnya tidak nyambung.
Kata-kata bertebaran tak terangkai sehingga aku harus menyambung-nyambungnya sendiri. Beban penderitaan macam apakah yang bisa dialami manusia sehingga membuatnya tak mampu berkata-kata?
Maka cerita yang akan kau dengar ini bukanlah kalimatnya melainkan kalimatku. Sudah bertahun-tahun aku bertugas sebagai pembuat laporan dan hampir semua laporan itu tidak pernah sama dengan kenyataan. Aku sudah menjadi sangat ahli menyulap kenyataan yang pahit menjadi menyenangkan, dan sebaliknya perbuatan yang sebetulnya patriotik menjadi subversif — pokoknya selalu disesuaikan dengan kebutuhan.
Maka, kalau cuma menyambung kalimat yang terputus-putus karena penderitaan, bagiku sungguh pekerjaan yang ringan.
***
Api sudah berkobar di mana-mana ketika mobil BMW saya melaju di jalan tol. Saya menerima telepon dari rumah. ”Jangan pulang,” kata Mama. Dia bilang kompleks perumahan sudah dikepung, rumah-rumah tetangga sudah dijarah dan dibakar. Papa, Mama, Monica, dan Sinta, adik-adikku, terjebak di dalam rumah dan tidak bisa ke mana-mana. ”Jangan pulang, selamatkan diri kamu, pergilah langsung ke Cengkareng, terbang ke Singapore atau Hong Kong. Pokoknya ada tiket. Kamu selalu bawa paspor kan? Tinggalkan mobilnya di tempat parkir. Kalau terpaksa ke Sydney tidak apa-apa. Pokoknya selamat. Di sana kan ada Oom dan Tante,” kata Mama lagi.
Saya memang sering ke luar negeri belakangan ini. Pontang-panting mengurusi perusahaan Papa yang nyaris bangkrut karena utangnya dalam dolar tiba-tiba jadi bengkak. Saya ngotot untuk tidak mem-PHK para buruh. Selain kasihan, itu juga hanya akan menimbulkan kerusuhan. Papa marah-marah. ”Kita tidak punya uang untuk membayar buruh. Selain produksi sudah berhenti, yang beli pun kagak ada. Sekarang ini para buruh hidup dari subsidi perusahaan patungan kita di luar negeri. Mereka pun sudah mencak-mencak profitnya dicomot. Sampai kapan mereka sudi membayar orang-orang yang praktis sudah tidak bekerja?”
Saya masih ngotot. Jadi Papa putuskan sayalah yang harus mengusahakan supaya profit perusahaan patungan kami di Hong Kong, Beijing, dan Macao diperbesar. Tetesannya lumayan untuk menghidupi para buruh, meskipun produksi kami sudah berhenti. Itu sebabnya saya sering mondar-mandir ke luar negeri dan selalu ada paspor di tas saya.
Tapi, kenapa saya harus lari sekarang, sementara keluarga saya terjebak seperti tikus di rumahnya sendiri? Saya melaju lewat jalan tol supaya cepat sampai di rumah. Saya memang mendengar banyak kerusuhan belakangan ini. Demonstrasi mahasiswa dibilang huru-hara. Terus terang saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Saya terlalu tenggelam dalam urusan bisnis. Koran cuma saya baca judul-judulnya. Itu pun maknanya tidak pernah jelas. Namun, setidaknya saya yakin pasti bukan mahasiswa yang membakar dan menjarah kompleks perumahan, perkotaan, dan mobil-mobil yang lewat. Bahkan bukan mahasiswa pun sebenarnya tidak ada urusan membakar-bakari rumah orang kalau tidak ada yang sengaja membakar-bakar.
Saya tancap gas. BMW melaju seperti terbang. Di kiri kanan jalan terlihat api menerangi malam. Jalan tol itu sepi, BMW terbang sampai 120 kilometer per jam. Hanya dalam sepuluh menit saya akan segera tiba di rumah. Tapi, di ujung itu saya lihat segerombolan orang. Sukar sekali menghentikan mobil. Apakah saya harus menabraknya? Pejalan kaki tidak dibenarkan berdiri di tengah jalan tol, tapi saya tidak ingin menabraknya. Saya menginjak rem, tidak langsung, karena mobil akan berguling-guling. Sedikit-sedikit saya mengerem, dan toh roda yang menggesek aspal semen itu tetap mengeluarkan bunyi Ciiiiiiitttt! Yang sering dianggap sebagai petanda betapa para pemilik mobil sangat jumawa.
Setelah berhenti, saya lihat ada sekitar 25 orang. Semuanya laki-laki.
”Buka jendela,” kata seseorang.
Saya buka jendela.
”Cina!” ”Cina!” Mereka berteriak seperti menemukan intan berlian.
Belum sempat berpikir, kaca depan BMW itu sudah hancur karena gebukan. Aduh, benarkah sebegitu bencinya orang-orang ini kepada Cina? Saya memang keturunan Cina, tapi apa salah saya dengan lahir sebagai Cina?
”Saya orang Indonesia,” kata saya dengan gemetar.
Braakk! Kap mobil digebuk. Seseorang menarik saya dengan kasar lewat jendela. Saya dilempar seperti karung dan terhempas di jalan tol.
”Sialan! Mata lu sipit begitu ngaku-ngaku orang Indonesia!” Pipi saya menempel di permukaan bergurat jalan tol. Saya melihat kaki-kaki lusuh dan berdaki yang mengenakan sandal jepit, sebagian tidak beralas kaki, hanya satu yang memakai sepatu. Kaki-kaki mereka berdaki dan penuh dengan lumpur yang sudah mengering.
”Berdiri!” Saya berdiri, hampir jatuh karena sepatu uleg saya yang tinggi. Saya melihat seseorang melongok ke dalam mobil. Membuka-buka laci dashboard, lantas mengambil tas saya. Isinya ditumpahkan ke jalan. Berjatuhanlah dompet, bedak, cermin, sikat alis, sikat bulu mata, lipstik, HP, dan bekas tiket bioskop yang saya pakai nonton bersama pacar saya kemarin. Dompetnya segera diambil, uangnya langsung dibagi-bagi setengah rebutan. Sejuta rupiah uang cash amblas dalam sekejap. Tidak apa-apa. Mobil masih bisa dikendarai dengan kaca pecah, dan saya tidak perlu uang cash. Di dalam dompet ada foto pacar saya. Orang yang mengambil dompet tadi mengeluarkan foto itu, lantas mendekati saya.
”Kamu pernah sama dia?”
Saya diam saja. Apa pun maksudnya saya tidak perlu menjawabnya.
Plak! Saya ditampar. Bibir saya perih. Barangkali pecah.
”Jawab! Pernah kan? Cina-cina kan tidak punya agama!” Saya tidak perlu menjawab.
Bug! Saya ditempeleng sampai jatuh.
Seseorang yang lain ikut melongok foto itu.
”Huh! Pacarnya orang Jawa!” Saya teringat pacar saya. Saya tidak pernah peduli dia Jawa atau Cina, saya cuma tahu cinta.
”Periksa! Masih perawan atau tidak dia!” Tangan saya secara refleks bergerak memegang rok span saya, tapi tangan saya tidak bisa bergerak. Ternyata sudah ada dua orang yang masing-masing memegangi tangan kanan dan tangan kiri saya. Terasa rok saya ditarik. Saya menyepak-nyepak. Lagi-lagi dua pasang tangan menangkap kedua kaki saya.
”Aaaahhh! Tolongngng!” Saya menjerit. Mulut saya dibungkam telapak kaki berdaki. Wajah orang yang menginjak mulut saya itu nampak dingin sekali. Berpuluh-puluh tangan menggerayangi dan meremas-remas tubuh saya.
”Diem lu Cina!” Rok saya sudah lolos….
***
Wanita itu menangis. Mestinya aku terharu. Mestinya. Setidaknya aku bisa terharu kalau membaca roman picisan yang dijual di pinggir jalan. Tapi, menjadi terharu tidak baik untuk seorang petugas seperti aku. Aku harus mencatat dengan rinci, objektif, deskriptif, masih ditambah mencari tahu jangan-jangan ada maksud lain di belakangnya. Aku tidak boleh langsung percaya, aku harus curiga, sibuk menduga kemungkinan, sibuk menjebak, memancing, dan membuatnya lelah supaya cepat mengaku apa maksudnya yang sebenarnya. Jangan terlalu cepat percaya kepada perasaan. Perasaan bisa menipu. Perasaan itu subjektif. Sedangkan aku bukan subjek di sini. Aku cuma alat. Aku cuma robot. Taik kucing dengan hati nurani. Aku hanya petugas yang membuat laporan, dan sebuah laporan harus sangat terinci bukan?
”Setelah celana dalam kamu dicopot, apa yang terjadi?”
Dia menangis lagi. Tapi masih bercerita dengan terputus-putus. Ternyata susah sekali menyambung-nyambung cerita wanita ini. Bukan hanya menangis. Kadang-kadang dia pingsan. Apa boleh buat, aku harus terus bertanya.
”Saya harus tahu apa yang terjadi setelah celana dalam dicopot, kalau kamu tidak bilang, apa yang harus saya tulis dalam laporan?”
***
Saya tidak tahu berapa lama saya pingsan. Waktu saya membuka mata, saya hanya melihat bintang-bintang. Di tengah semesta yang begini luas, siapa yang peduli kepada nasib saya? Saya masih terkapar di jalan tol. Angin malam yang basah bertiup membawa bau sangit. Saya menengok dan melihat BMW saya sudah terbakar. Rasanya baru sekarang saya melihat api dengan keindahan yang hanya mewakili bencana. Isi tas saya masih berantakan seperti semula. Saya melihat lampu HP saya berkedip-kedip cepat, tanda ada seseorang meninggalkan pesan.
Saya mau beranjak, tapi tiba-tiba selangkangan saya terasa sangat perih. Bagaikan ada tombak dihunjamkan di antara kedua paha saya. O, betapa pedihnya hati saya tidak bisa saya ungkapkan. Saya tidak punya kata-kata untuk itu. Saya tidak punya bahasa. Saya hanya tahu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk urusan bisnis. Kata orang, bahasa Cina sangat kaya dalam hal menggambarkan perasaan, tapi saya tidak bisa bahasa Cina sama sekali dari dialek manapun, kecuali yang ada hubungannya dengan harga-harga. Saya cuma seorang wanita Cina yang lahir di Jakarta dan sejak kecil tenggelam dalam urusan dagang. Saya bukan ahli bahasa, bukan pula penyair. Saya tidak tahu apakah di dalam kamus besar Bahasa Indonesia ada kata yang bisa mengungkapkan rasa sakit, rasa terhina, rasa pahit, dan rasa terlecehkan yang dialami seorang wanita yang diperkosa bergiliran oleh banyak orang –karena dia seorang wanita Cina. Sedangkan pacar saya saja begitu hati-hati bahkan hanya untuk mencium bibir saya. Selangkangan saya sakit, tapi saya tahu itu akan segera sembuh. Luka hati saya, apakah harus saya bawa sampai mati? Siapakah kiranya yang akan membela kami? Benarkah kami dilahirkan hanya untuk dibenci?
Saya tidak bisa bergerak sampai seorang ibu tua datang terbungkuk-bungkuk. Dia segera menutupi tubuh saya dengan kain.
”Maafkan anak-anak kami,” katanya, ”mereka memang benci dengan Cina.”
Saya tidak sempat memikirkan arti kalimat itu. Saya bungkus tubuh saya dengan kain, dan tertatih-tatih menuju tempat di mana isi tas saya berserakan. Saya ambil HP saya, dan saya dengar pesan Papa: ”Kalau kamu dengar pesan ini, mudah-mudahan kamu sudah sampai di Hong Kong, Sydney, atau paling tidak Singapore. Tabahkanlah hatimu Clara. Kedua adikmu, Monica dan Sinta, telah dilempar ke dalam api setelah diperkosa. Mama juga diperkosa, lantas bunuh diri, melompat dari lantai empat. Barangkali Papa akan menyusul juga. Papa tidak tahu apakah hidup ini masih berguna. Rasanya Papa ingin mati saja.”
***
Dia menangis lagi. Tanpa airmata. Kemudian pingsan. Kudiamkan saja dia tergeletak di kursi. Ia hanya mengenakan kain. Seorang ibu tua yang rumahnya berada di kampung di tepi jalan tol telah menolongnya. ”Dia terkapar telanjang di tepi jalan,” kata ibu tua itu. Aku sudah melaporkan soal ini kepada pimpinanku. Lewat telepon dia berteriak, ”Satu lagi! Hari ini banyak sekali perkara beginian.
Tahan dia di situ. Jangan sampai ada yang tahu. Terutama jangan sampai ketahuan wartawan dan LSM!” Pesuruh kantor membaukan PPO ke hidungnya. Matanya melek kembali.
”Jadi kamu mau bilang kamu itu diperkosa?”
Dia menatapku.
”Padahal kamu bilang tadi, kamu langsung pingsan setelah … apa itu … rok kamu dicopot?”
Dia menatapku dengan wajah tak percaya.
”Bagaimana bisa dibuktikan bahwa banyak orang memperkosa kamu?”
Kulihat di matanya suatu perasaan yang tidak mungkin dibahasakan. Bibirnya menganga. Memang pecah karena terpukul. Tapi itu bukan berarti wanita ini tidak menarik. Pastilah dia seorang wanita yang kaya. Mobilnya saja BMW. Seorang wanita eksekutif. Aku juga ingin kaya, tapi meskipun sudah memeras dan menerima sogokan di sana-sini, tetap begini-begini saja dan tidak pernah bisa kaya. Naik BMW saja aku belum pernah. Aku memang punya sentimen kepada orang-orang kaya –apalagi kalau dia Cina. Aku benci sekali. Yeah. Kainnya melorot, dan tampaklah bahunya yang putih….
”Jangan terlalu mudah menyebarkan isyu diperkosa. Perkosaan itu paling sulit dibuktikan. Salah-salah kamu dianggap menyebarkan fitnah.”
Di matanya kemarahan terpancar sekejap. Bahwa dia punya nyali untuk bercerita, memang menunjukkan dia wanita yang tegar.
”Saya mau pulang,” ia berdiri. Ia hanya mengenakan kain yang menggantung di bahu. Kain itu panjangnya tanggung, kakinya yang begitu putih dan mulus nampak telanjang.
”Kamu tidur saja di situ. Di luar masih rusuh, toko-toko dibakar, dan banyak perempuan Cina diperkosa.”
”Tidak, saya mau pulang.”
”Siapa mau mengantar kamu dalam kerusuhan begini. Apa kamu mau pulang jalan kaki seperti itu? Sedangkan pos polisi saja di mana-mana dibakar.”
Dia diam saja.
”Tidur di situ,” kutunjuk sebuah bangku panjang, ”besok pagi kamu boleh pulang.”
Kulihat dia melangkah ke sana. Dalam cahaya lampu, lekuk tubuhnya nampak menerawang. Dia sungguh-sungguh cantik dan menarik, meskipun rambutnya dicat warna merah. Rasanya aku juga ingin memperkosanya. Sudah kubilang tadi, barangkali aku seorang anjing, barangkali aku seorang babi — tapi aku mengenakan seragam. Kau tidak akan pernah tahu siapa diriku sebenarnya. Masalahnya: menurut ilmu hewan, katanya binatang pun tidak pernah memperkosa.
Tentu saja tentang yang satu ini tidak perlu kulaporkan kepada pimpinan. Hanya kepadamu aku bisa bercerita dengan jujur, tapi dengan catatan — semua ini rahasia. Jadi, jangan bilang-bilang.

 *) Menggunakan istilah dari novel Saman, “aku seorang burung

Sabtu, 24 Maret 2012

Catatan Rindu

Matahari senja jatuh di pelukan laut
Ini keindahan "batinku"
Aku duduk pada bebatuan,bersandar pada nafas-nafas rindu
Begitu banyak kenangan yang hinggap pada karang-karang ini

Ku biarkan angin menyentuh kulitku
Mengipas helai-helai rambut 
Mendengarkan bahasa bahasa hati
Dan kepedihan yang ta'pernah di utarakan

Kau begitu bersahaja 
Di bawah kaki sang penguasa senja
Dengan senyum hangat yang masih jelas ku ingat
Kau masih menyimpan banyak kehangatan
Dalam peluk dan juga tatap
Namun sayang...
Kecewa ini tak pernah sempat kau baca
Kau benar-benar membawaku tenggelam dalam lautan rindu
Memaksaku berlayar sendiri,bernahkodakan pedih
Menyimpan hitungan rindu yang ta'terjumlah



**
Semoga kau menyadari kepedihan yg ta'pernah terucap
dari cinta yang hancur (151108)