Welcome

Welcome to the world Blog:D
Untuk lebih mengenal pemiliknya silahkan follow ya !!!!

Sekian..
Terimakasih..

:)

Rabu, 29 Mei 2013

congrats masa lalu :)


Dear kamu ..

aku memang telah menjauh jutaan hasta darimu, tapi bukan berarti angin berhenti memberi kabar tentangmu. tepat hari ini aku ikut bahagia dari tempatku berada. dusta jika aku tak ikut bahagia dengan keberhasilanmu, karena itu juga bagian dari mimpiku dulu. ini bukti aku menyayangimu sedari aku belum mengenalmu, dan akan terus seperti itu (: 


my prayers are always with you,congrats masa lalu ...

Sabtu, 18 Mei 2013

"Bahasa Sastra Nusantara ( Bahasa Minangkabau)"



BAHASA SASTRA NUSANTARA
Laporan Bacaan mengenai Bahasa Daerah di Nusantara
“Topik : Bahasa Minangkabau”

Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut Harimurti Kridalaksana (1985:12) bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia. Fungsi bahasa itu sendiri selain sebagai sebagai alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, juga berfungsi sebagai :
o   Alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
o   Sebagai alat komunikasi.
o   Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
o   Sebagai alat kontrol Sosial.
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_daerah merupakan bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, apakah itu pada sebuah daerah kecil, Negara bagian federal ataupun propinsi atau daerah yang lebih luas lagi. Indonesia sendiri memiliki begitu banyak ragam bahasa daerah.
Salah satu contoh adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Bahasa Minangkabau sendiri merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh orang Minangkabau sebagai bahasa Ibu khususnya di Sumatera Barat (kecuali kp. Mentawai), bagian barat prov. Riau, dan Negeri Sembilan Malaysia.
      Bahasa Minangkabau tidak hanya dipakai sebagai simbol  orang Minang, tetapi juga mengajarkan kesantunan dalam berkomunikasi. Bahasa Minangkabau memiliki aturan dan tatakrama yang disebut sebagai kato. Secara sederhana kato dapat diartikan sebagai sebuah tata aturan dalam berkomunikasi antarsesama komunikator sewangsa yang dikenal dengan istilah tau jo nan ampek atau  kato nan ampek. Dalam berbahasa, orang  Minangkabau mempertimbangkan dengan siapa mereka bertutur. Ada empat kategori kesantunan yang dipakai dalam bahasa Minangkabau. Pertama, kato mandaki; tatakrama bertutur kepada orang yang lebih tua. Kedua, kato malereang;  tatakrama bertutur kepada orang yang disegani. Ketiga, kato mendata; tatakrama bertutur kepada teman sebaya. Keempat, kato manurun;  tatakrama bertutur kepada orang yang lebih muda. Pelestarian budaya tau jo nan ampek ini akan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan karakter di masa datang.
      Bahasa Minangkabau di anggap cukup aman dari kepunahan karena hingga saat ini masyarakat Minangkabau sendiri masih menggunakannya dalam berdialog sehari – hari. Penyebaran bahasa Minangkabau sendiri meliputi bekas kerajaan Pagaruyung.
      Bahasa Minangkabau sendiri beraneka ragam macam tuturnya. Antara daerah darek dan rantau berbeda cara penuturanya. Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh sebagian penduduk di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera mulai dari Mandailing Natal, Sibolga, Barus di Sumatera Utara, kemudian berlanjut ke Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Meulaboh di Aceh. Di Aceh dialek bahasa Minang ini disebut dengan bahasa Jamee, sedangkan yang di Mandailing Natal, Sibolga dan Barus disebut bahasa Pesisir.
Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek bahasa Minangkabau        :





Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu
Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau "baku"
A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie
Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang
Apo keceknyo ka kau?
Pariaman
A kato e bakeh kau?
Ludai
A kecek o ka rau?
Sungai Batang
Ea janyo ke kau?
Kurai
A jano kale gau?
Kuranji
Apo kecek e ka kau?
Salimpaung Batusangkar
Poh ceknyoh kah khau duh?
Rao-Rao Batusangkar
Aa keceknyo ka awu tu?
Banyak orang berpendapat nahwasanya Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia. Marah Roesli sendiri mengungapkan dalam sebuah buku Peladjaran Bahasa Minangkabau umumnya perbedaan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata.

Akhiran
Menjadi
Contoh
a
o
nama—namo, kuda—kudo, cara—caro
al dan ar
a
jual—jua, kabar—kaba, kapal—kapa
as
eh
batas—bateh, alas—aleh, balas—baleh
at
ek atau aik
dapat—dapek, kawat—kawek, surat—surek
ih
iah
kasih—kasiah, putih—putiah, pilih—piliah
ing
iang
kucing—kuciang, saling—saliang, gading—gadiang
ir
ia atau ie
air—aia, pasir—pasia, lahir—lahia
is
ih
baris—barih, manis—manih, alis—alih
it
ik
sakit—sakik, kulit—kulik, jahit—jahik
uh
uah
bunuh—bunuah, tujuh—tujuah, patuh—patuah
uk
uak
untuk—untuak, buruk—buruak, busuk—busuak
ung
uang
langsung—langsuang, hidung—hiduang, untung—untuang
ur
ua
cukur—cukua, kasur—kasua, angsur—ansua
us
uih
putus—putuih, halus—haluih, bungkus—bungkuih
ut
uik
rumput—rumpuik, ikut—ikuik, takut—takuik

*Kesimpulan
      Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah di Nusantara. Penutur Bahasa Minangkabau tersebar di wilayah Pulau Sumatera hingga Negeri Sembilan Malaysia.


Sumber :
Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru. Jakarta: PT Grafiti Pers.
Oktavianus dan Ike Ravita. 2010. “Kesantunan dalam Bahasa Minangkabau”. (online),
http://www.lp unand.ac.id/portal penelitian. Diakses 10 Mei 2013.

           







Folklore "Sungai Batang Maninjau Sumbar"


TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Folklore di daerah Maninjau
Cerita Rakyat Bujang Sambilan

OLEH KELOMPOK III

ATLYDIA ATRIPA         ( 1110742001 )
YOGI S MEMED          ( 1110742013 )
HARIS SEPTIAN          ( 1110742015 )
SEPRI SYAM                ( 1110742016 )
FARI NANDA PUTRI   ( 1110742022 )




                       

PRODI SASTRA MINANGKABAU
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan penelitian  ini pada waktu dan tanggal yang ditentukan yang berjudul “FOLKLORE MANINJAU. Makalah ini berisikan tentang folklore yang ada di Maninjau yang terdapat di Maninjau. Laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang beberapa folklore rakyat yang ada di maninjau.
      Penulis sadar akan kekurangan-kekurangan dalam menulis makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
      Akhir kata, Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


                                                                                                                                    Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
        Folklore merupakan suatu ilmu disiplin atau cabang ilmu pengentahuan yang berdiri sendiri di Indonesia. Kata folklore berasal dari kata folk dan lore, folk artinya sama dengan kolektif (collectivity).  Menurut Alan dudes, folk adalah sekelompok oaring yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, budaya, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Sedangkan lore adalah tradisi folk, yaitu bagian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
 Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, kabupaten agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia yang memilki banyak folklor. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara kota Padang, ibu kota Sumatera Barat. 36 kilometer dari BukitTinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibu kota kabupaten Agam.
Batas – batas wilayah kanagarian Sungai Batang Maninjau adalah sebagai berikut :
-          Utara         : Danau Maninjau dan Batang Maninjau
-          Timur         : Kecamatan Matur
-          Selatan      : Nagari Tanjung Sani
-          Barat         : Danau Maninjau
          Maninjau  yang  merupakan  danau  vulkanik  ini  berada di ketinggian 461,50 meter  di atas permuakaan laut. Danau maninjau menyerupai kuapi besar yang berisi air. Di sekelilingnya terdapat perbukitan berlereng yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang menjadi kawasan penyangga. Di Maninjau itu terdapat banyak sekali sejarah yang ada didalamnya seperti adanya sebuah kepercayaan , makanan tradisional, tradisi, upacara, kepercayaan rakyat dll.
Rumusan Masalah
  1.  Sejarah Danau Maninjau
  2. Folklore yang ada di Danau Maninjau
Tujuan Penulisan Makalah
  1. Mengetahui sejarah danau Maninjau
  2. Mengetahui folklore yang ada di Danau Maninajau


BAB II
PEMBAHASAN
   
Cerita rakyat adalah sastra tradisional karena merupakan hasil karya yang dilahirkan dari sekumpulan masyarakat yang masih kuat berpegang pada nilai-nilai kebudayaan yang bersifat tradisional (Dharmojo, 1998:21). Kesusastraan tradisional kadang-kadang disebut sebagai cerita rakyat dan dianggap sebagai milik bersama. Hal tersebut tumbuh dari kesadaran kolektif yang kuat pada masyarakat lama.
Danandjaja (1986:2) mengemukakan bahwa folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). 
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat adalah kisahan atau cerita anonim dari zaman dahulu yang hidup di kalangan masyarakat dan diwariskan secara lisan atau turun-temurun sebagai saran untuk menyampaikan pesan atau amanat.
Cerita rakyat adalah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun-temurun daru suatu generasi ke generasi selanjutnya. Dikatakan sebagai cerita rakyat karena cerita itu hidup dan berkembang di kalangan  masyarakat dan semua lapisan masyarakat mengenal ceritanya (Djamaris, 1993: 15).
Dengan hadirnya cerita rakyat sebagai sastra tradisional pada setiap suku, maka kita dapat mengetahui mengenai sendi-sendi kehidupan secara lebih mendalam terhadap suatu kelompok masyarakat. Dalam kedudukannya di tengah masyarakat, cerita rakyat dapat bermanfaat sebagai sarana untuk mengetahui asal-usul nenek moyang, sebagai jasa atau teladan kehidupan para pendahulu kita, sebagai hubungan kekerabatan, sebagai sarana pengetahuan asal mula tempat, adat-istiadat dan sejarah benda pusaka.
 Budi Pekerti dalam Cerita Rakyat 
Cerita rakyat sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat. Dalam cerita rakyat juga tersirat kearifan lokal yang terkandung dibalik isi cerita. Menurut I Wayang Geriya dalam Wurianto menyatakan bahwa ada tiga dimensi kearifan lokal meliputi :
  1.   Dimensi potensi budaya baik berupa unsur tangible maupun yang   intangible,
  2.   Dimensi metode dan pendekatan yang mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan,dimensi arah dan tujuan yang menekankan harmoni dan keberlanjutan.
Budaya tersebut antara lain : bahasa lokal, pranata lokal, kearifan lokal, dan seni pertunjukan. Budaya yang terkait dengan kearifan lokal meliputi :

  •   konsep lokal,
  • cerita rakyat/ folk tale,
  • ritual keagamaan,
  • kepercayaan lokal,
  • berbagai pantangan dan anjuran yang terwujud sebagai perilaku dan 
  • kebiasaan publik.

Kearifan lokal yang ada dalam cerita rakyat menyangkut moral maupun etika yang ditunjukkan pada dialog para tokohnya. Moral maupun etika tersebut merupakan bagian dari budi pekerti. 
Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 1986:50) cerita rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. mite (myth),
2. legenda (legend), dan
3. dongeng (folktale).
§  Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita.
§  Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. 
§  Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita. Isi dongeng itu banyak yang tidak masuk akal, penuh dengan khayal. Isi dongeng banyak yang tidak masuk akal terjadi karena dongeng itu disampaikan dari mulut ke mulut dan setiap orang bercerita tanpa disadari memasukkan serba sedikit tentang khayalannya sendiri ke dalam dongeng itu sehingga kebenaran isinya makin kurang. 
§  Hal itu mungkin disebabkan karena cara berpikir nenek moyang kita yang masih sangat primitif dan dipengaruhi oleh tahyul. Banyak peristiwa dalam alam yang tidak dipahami oleh mereka, misalnya tentang petir, gempa bumi, topan, dan banjir. Dalam memahami hal-hal yang serupa itu, mereka mengarang cerita yang bercampur baur dengan khayal sejalan dengan jalan pikiran mereka masa itu (Iper, Dunis, 1998:5).
§  Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa mite, legenda, dan dongeng merupakan bagian dari cerita rakyat. Cerita rakyat yang merupakan salah satu budaya lokal dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan ajar sastra. Isi cerita yang ada dalam cerita rakyat dapat dijadikan sebagai sarana untuk pembelajaran budi pekerti. 

Folklor dalam masyarakat menyuarakan perilaku proses mendidik sesamanya. Perubahan yang dilakukan manusia terutama melalui proses pengenalan kebudayaan yang terus menerus akan dapat diidentifikasikan pemahaman manusia kepada kebudayaannya. 
Selain itu, Danandjaja (1986) menerangkan bahwa folklor atau cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif, misalnya sebagai alat pendidikan, penglipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian (Sulistyorini, 2003), dalam cerita rakyat mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. 
Cerita Rakyat sebagai Potensi Budaya Lokal
Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpreatasikan secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebudayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal. Salah satunya adalah cerita rakyat yang merupakan budaya lokal warisan leluhur yang disampaikan secara turun temurun. Cerita rakyat yang ada di Indonesia ini ada beribu-ribu cerita. Masing-masing daerah di Indonesia tentunya memiliki cerita rakyat suatu cerminan budaya lokal dengan karakter yang khas.
 Fungsi cerita rakyat Bujang Sambilan
Cerita rakyat bujang sambilan ini tidak hanya berfungsi untuk menghibur tetapi turut mempunyai fungsi sosial yang lain.  Berdasarkan analisis kandungan ke atas sejumlah cerita rakyat mengenai bujang sambilan, mengupas bagaimana cerita rakyat boleh menjadi salah satu elemen yang menyumbang kepada pembentukan identiti orang maninjau. Hasil analisis mendapati bahwa cerita rakyat mengenai bujang sambilan berakar umbi  daripada beberapa sumber, yaitu daripada masyarakat Maninjau, catatan kolonial Belanda, dan kelompok etnik lain. Sebahagian cerita rakyat itu tidak hanya mengandungi stereotaip tetapi juga menjadi modal identiti kepada orang maninjau.
Cerita rakyat yang datangnya daripada orang Maninjau itu sendiri yang terdapat di dalam bentuk legenda menampilkan citra positif orang Maninjau. Manakala cerita rakyat yang berupa tafsiran orang lain terhadap orang Maninjau lebih menampilkan citra dan identiti negatif orang Maninjau. Seiring dengan perkembangan zaman, cerita rakyat yang dahulunya beredar secara lisan telah disebar-luaskan melalui proses migrasi dan media massa, seperti media cetak dan internet.
Sastra daerah yang berbentuk lisan maupun tulisan merupakan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Salah satu sastra daerah yang perlu dilestarikan adalah cerita rakyat. Setiap wilayah tentunya mempunyai cerita rakyat yang dituturkan secara lisan. Cerita rakyat yang pada mulanya dilisankan selain berfungsi untuk menghibur, juga dapat memberikan pendidikan moral. Namun, sekarang sudah digeser oleh berbagai bentuk hiburan yang lebih menarik dalam berbagai jenis siaran melalui televisi, radio, surat kabar, dan lain sebagainya. 

Sebelum media cetak dan media elektronik berkembang pesat seperti sekarang ini, cerita rakyat mendapat tempat yang baik di hati masyarakat pemiliknya. Cerita rakyat merupakan pencerminan dari kehidupan masyarakat pada saat itu, pola pikir dan hayalan yang menarik, sehingga masyarakat merasa tertarik dan memperoleh keteladanan moral. Adapun jenis ajaran moral mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan. 
Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan
1. hubungan manusia dengan diri sendiri,
2. hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial
termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan
3. hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 2000:324).

Hal itu dapat disinyalir bahwa cerita rakyat
bujang sambilan mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa terutama nilai-nilai atau ajaran moral.


BAB III
PENUTUP

Dalam cerita rakyat bujang sambilan banyak terkandung budi pekerti yang dapat dipetik nilainya. Budi pekerti dalam cerita rakyat bujang sambilan dapat dilihat dari sisi nilai moral yang ada dalam cerita. Nilai moral tersebut antara lain, moral individu, moral sosial, dan moral religi. Nilai moral yang ada dalam cerita dapat dijadikan sebagai ajaran maupun pedoman manusia dalam menjalani hidupnya. Adanya kejujuran, kepatuhan, rela berkorban, kerukunan, bekerjasama, suka menolong, percaya adanya Tuhan, berserah diri, memohon ampun merupakan sikap terkait budi pekerti luhur yang seharusnya dimiliki oleh manusia. 
Budi pekerti luhur yang ada dalam cerita rakyat tersebut perlu diajarkan kepada anak. Hal itu penting untuk diajarkan agar anak memahami etika tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Cerita rakyat bujang sambilan yang mengandung nilai luhur tersebut perlu dilestarikan agar tidak hilang. Cerita rakyat bujang sambilan yang merupakan salah satu tradisi lisan ini perlu disampaikan secara turun temurun pada generasi berikutnya agar cerita ini tetap hidup di masyarakat. Cerita rakyat bujang sambilan merupakan salah satu potensi budaya lokal yang perlu dijaga bersama. 









DAFTAR PUSTAKA
 Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia Ilmu Gosip dan Dongeng. Jakarta: Graffiti Press.
 Dharmojo, dkk. 1998. Sastra Lisan Ekagi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
 Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss.
 Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
 Wati, Susila, dkk. 2013. Kumpulan Cerita Rakyat bujang sambilan. Maninjau: Khutub Chanah.