Welcome

Welcome to the world Blog:D
Untuk lebih mengenal pemiliknya silahkan follow ya !!!!

Sekian..
Terimakasih..

:)

Jumat, 15 Maret 2013

:)

Semoga 12 Desember tahun ini masih tersedia untuk kita :)

"love u too more uda ihsan"

terjebak sore itu

Sore kemarin racun. Kau gugup ... Apa yang kau takutkan ketika ketidak sengajaan mempertemukan kita lagi. Kau terlihat menahan jerit, takut jika aku merajut salam sapa. Ya, lebih baik kau pura - pura saja tidak melihatku. Biarkan kita seolah terpisah dalam dimensi yang berbeda. 
Nah itu, disampingmu ada perempuanmu (teman lamaku) lebih baik kau lirik dia. Untuk apa matamu sejeli itu memperhatikanku. Aku sedang sibuk dengan makanan ku, sudahlah.


**it turns out you're a liar**

Kamis, 14 Maret 2013

(dia)


(dia) kembali membuka lembaran - lembaran tahun lalu
merenungi bait - bait sajak yang dulu sempat dituliskanya
(dia) tertegun ...
mengingat cinta - cinta yang hilang
(dia) tersudut ...
di tepi rasa perempuanya yang sunyi


Debu, 2013


Rabu, 13 Maret 2013

TUGAS SOSIOLOGI SASTRA “Analisis Karya Melalui Kepengarangan”


BAB I
PENDAHULUAN

Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya, dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993).
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan bertentangan secara dianetral. Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan bertentangan secara dianetral.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.
Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatar belakanginya.

BAB II
PEMBAHASAN
**
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
                                                                                                            (karawang – bekasi)
Chairil Anwar adalah salah satu penyair terkemuka di Indonesia. Banyak puisinya bertemakan perjuangan bangsa Indonesia, salah satunya puisinya yang berjudul Karawang-Bekasi. Dalam puisi Karawang-Bekasi, Chairil Anwar menceritakan tentang para pahlawan yang gugur dan dimakamkan di sepanjang jarak Karawang-Bekasi.
Karawang-Bekasi merupakan puisi yang penuh dengan semangat kepahlawanan yang tak pernah padam. Terdapat, nilai-nilai patriotisme perjuangan dalam setiap baitnya. Amanat nasionalisme dan semangat perjuangan juga cukup kental disuarakan oleh Chairil Anwar . Puisi ini juga merupakan satu cara untuk mengingatkan kita terhadap segala jasa dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan.
Puisi Karawang-Bekasi juga merupakan jembatan untuk menghubungi generasi muda dalam proses penanaman rasa cinta pada tanah airnya.


**
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
                                                                                                            (Senja di Pelabuhan Kecil)
**
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya

                                                                                                            (Cintaku Jauh Di Pulau)

Puisi karya Chairil Anwar bersifat ekspresionis dan lugas. Chairil Anwar sangat sedikit menggunakan kata-kata hiasan yang dianggapnya tidak perlu. Ia cenderung mendekatkan bahasa tulis dan bahasa lisan, tidak bertele-tele dan langsung pada tujuan. Dan juga banyak menganut aliran realisme dan ekspresionisme, sehingga banyak menggunakan sarana retorika yang bertujuan intensitas dan ekspresivitas. Diantaranya hiperbola, ironi, dan paralelisme.
Puisi karya Chairil Anwar sangat kaya akan kiasan-kiasan yang tajam dan menikam. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-katanya. Diantara gaya khasnya dalam berpuisi adalah menggunakan warna-warni kuning, hijau, atau lembayung. Setiap kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya, menghidupkan suasana, bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan imajinasi.
Jika mengamati dan menelaah puisi-puisi karya Chairil Anwar maka kita akan mendapati sebuah ungkapan batin yang sangat dalam. Dan hal tersebut merupakan ciri khas karya-karya Chairil Anwar, karena berasal dari representasi hidupnya dan lahir dari gejolak batinnya.