BAHASA SASTRA NUSANTARA
Laporan Bacaan
mengenai Bahasa Daerah di Nusantara
“Topik : Bahasa
Minangkabau”
Bahasa
merupakan sebuah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut Harimurti Kridalaksana (1985:12)
bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh
kelompok manusia. Fungsi bahasa itu sendiri selain sebagai sebagai alat
komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran,
perasaan, atau gagasan, juga berfungsi sebagai :
o Alat
untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
o Sebagai
alat komunikasi.
o Sebagai
alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
o Sebagai
alat kontrol Sosial.
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_daerah merupakan bahasa
yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, apakah itu
pada sebuah daerah kecil, Negara bagian federal ataupun propinsi atau daerah
yang lebih luas lagi. Indonesia sendiri memiliki begitu banyak ragam bahasa
daerah.
Salah satu
contoh adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan
salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Bahasa Minangkabau sendiri merupakan
bagian dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh orang Minangkabau sebagai
bahasa Ibu khususnya di Sumatera Barat (kecuali kp. Mentawai), bagian barat
prov. Riau, dan Negeri Sembilan Malaysia.
Bahasa
Minangkabau tidak hanya dipakai sebagai simbol
orang Minang, tetapi juga mengajarkan kesantunan dalam berkomunikasi.
Bahasa Minangkabau memiliki aturan dan tatakrama yang disebut sebagai kato. Secara sederhana kato dapat diartikan sebagai
sebuah tata aturan dalam berkomunikasi antarsesama komunikator sewangsa yang dikenal dengan
istilah tau jo nan ampek atau
kato nan ampek. Dalam berbahasa,
orang Minangkabau mempertimbangkan
dengan siapa mereka bertutur. Ada empat kategori kesantunan yang dipakai dalam
bahasa Minangkabau. Pertama, kato
mandaki; tatakrama bertutur kepada orang yang lebih tua. Kedua, kato malereang; tatakrama bertutur kepada orang yang disegani.
Ketiga, kato mendata;
tatakrama bertutur kepada teman sebaya. Keempat, kato manurun; tatakrama bertutur kepada orang yang lebih
muda. Pelestarian budaya tau jo
nan ampek ini akan memberikan sumbangan positif terhadap
pembangunan karakter di masa datang.
Bahasa Minangkabau di anggap cukup aman
dari kepunahan karena hingga saat ini masyarakat Minangkabau sendiri masih
menggunakannya dalam berdialog sehari – hari. Penyebaran bahasa Minangkabau
sendiri meliputi bekas kerajaan Pagaruyung.
Bahasa Minangkabau sendiri beraneka ragam
macam tuturnya. Antara daerah darek dan rantau berbeda cara penuturanya. Selain itu dialek bahasa Minangkabau
juga dituturkan oleh sebagian penduduk di sepanjang pesisir barat pulau
Sumatera mulai dari Mandailing Natal, Sibolga, Barus di Sumatera Utara, kemudian berlanjut ke Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Meulaboh di Aceh. Di Aceh dialek bahasa Minang ini disebut dengan bahasa Jamee, sedangkan yang di Mandailing Natal,
Sibolga dan Barus disebut bahasa Pesisir.
Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan
antara beberapa dialek bahasa Minangkabau :
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu
|
Apa katanya kepadamu?
|
Bahasa Minangkabau
"baku"
|
A keceknyo jo kau?
|
Mandahiling Kuti Anyie
|
Apo kecek o kö gau?
|
Padang Panjang
|
Apo keceknyo ka kau?
|
Pariaman
|
A kato e bakeh kau?
|
Ludai
|
A kecek o ka rau?
|
Sungai Batang
|
Ea janyo ke kau?
|
Kurai
|
A jano kale gau?
|
Kuranji
|
Apo kecek e ka kau?
|
Salimpaung Batusangkar
|
Poh ceknyoh kah khau duh?
|
Rao-Rao Batusangkar
|
Aa keceknyo ka awu tu?
|
Banyak orang berpendapat nahwasanya
Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Melayu maupun
bahasa Indonesia. Marah Roesli sendiri
mengungapkan dalam sebuah buku Peladjaran Bahasa Minangkabau umumnya
perbedaan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia adalah pada perbedaan
lafal, selain perbedaan beberapa kata.
Dilansir dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Minangkabau :
Akhiran
|
Menjadi
|
Contoh
|
a
|
o
|
nama—namo, kuda—kudo,
cara—caro
|
al dan ar
|
a
|
jual—jua, kabar—kaba,
kapal—kapa
|
as
|
eh
|
batas—bateh, alas—aleh,
balas—baleh
|
at
|
ek atau aik
|
dapat—dapek, kawat—kawek,
surat—surek
|
ih
|
iah
|
kasih—kasiah, putih—putiah,
pilih—piliah
|
ing
|
iang
|
kucing—kuciang, saling—saliang,
gading—gadiang
|
ir
|
ia atau ie
|
air—aia, pasir—pasia,
lahir—lahia
|
is
|
ih
|
baris—barih, manis—manih,
alis—alih
|
it
|
ik
|
sakit—sakik, kulit—kulik,
jahit—jahik
|
uh
|
uah
|
bunuh—bunuah, tujuh—tujuah,
patuh—patuah
|
uk
|
uak
|
untuk—untuak, buruk—buruak,
busuk—busuak
|
ung
|
uang
|
langsung—langsuang, hidung—hiduang,
untung—untuang
|
ur
|
ua
|
cukur—cukua, kasur—kasua,
angsur—ansua
|
us
|
uih
|
putus—putuih, halus—haluih,
bungkus—bungkuih
|
ut
|
uik
|
rumput—rumpuik, ikut—ikuik,
takut—takuik
|
*Kesimpulan
Bahasa
Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah di Nusantara. Penutur Bahasa
Minangkabau tersebar di wilayah Pulau Sumatera hingga Negeri Sembilan Malaysia.
Sumber :
Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru. Jakarta: PT Grafiti Pers.
Oktavianus
dan Ike Ravita. 2010. “Kesantunan dalam Bahasa Minangkabau”. (online),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar